Ruang Jurnalistik Sekolah

MERANCANG PENERBITAN SEKOLAH

Apa yang Kamu ketahui bila mendengar istilah jurnalistik? Kata-kata yang asingkah? Padahal dalam kehidupan sehari-hari setiap saat kita senantiasa bersentuhan dengan dunia ini. Berbagai pesan, kabar, berita, atau apapun bentuknya, yang intinya adalah catatan-catatan untuk dikomunikasikan.
Istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Prancis, journal, yang berarti catatan harian. Dalam buku yang ditulisnya, Bambang Trimansyah mengatakan bahwa secara ringkas jurnalistik bisa diartikan sebagai kegiatan pencatatan atau pelaporan dan penyebaran berita tentang kejadian sehari-hari.
Tentu saja di sini ada pelapor agar berita itu sampai kepada orang lain. Tugas ini dilakukan oleh orang yang kita sebut sebagai wartawan. Ada juga yang menyebutnya jurnalis (berasal dari bahasa Inggris, journalist). Mereka inilah yang menggali informasi/berbagai kejadian dan melaporkannya kepada kita.
Lalu apakah semua kabar/berita yang disampaikan itu sudah bisa disebut sebagai kegiatan jurnalistik? Misalnya saja Kamu melihat ada tetangga kamu kemalingan, dan kamu melihat serta melaporkannya kepada pihak berwajib. Sudahkah kamu disebut jurnalis?
Jawabnya belum bisa disebut jurnalis. Alasannya kamu belum mempunyai media penyampai. Jadi, faktor media amat penting dalam kegiatan jurnalistik. Laporan yang disampaikan harus dituangkan ke bentuk media: tertulis (surat kabar dan majalah), lisan (radio), audiovisual (televisi). Ada pula yang membagi media ini dalam kelompok media massa (surat kabar dan majalah) serta media elektronik (radio, televisi, internet).Penerbitan Media di SekolahMedia sebagai sarana penyampai dalam dunia jurnalistik di sekolah khususnya bisa berbentuk tulisan ataupun elektronik.
Media yang lazim dan dengan biaya murah bisa ditemukan dalam bentuk tertulis. Setidaknya ada 3 macam media yang digunakan sebagai penyampai informasi, yakni majalah dinding, buletin, dan majalah sekolah.

A. Majalah Dinding
Pernah membuat majalah dinding? Majalah dinding yang memang menempel di dinding adalah salah satu bentuk kegiatan jurnalistik. Media ini boleh jadi bentuk kegiatan jurnalistik yang paling sederhana. Pembuatannya tidak terlalu rumit dengan materi yang juga sangat terbatas. Biasanya, media ini kita temukan di sekolah, mesjid, atau pun kampus perguruan tinggi.Sebuah majalah dinding yang baik haruslah memenuhi standar. Dalam berbagai kegiatan lomba majalah dinding (biasa disingkat mading), tingkat standardisasi inilah yang menjadi acuan.
Pada waktu mesin ketik atau komputerisasi belum semarak sekarang, majalah dinding dikerjakan dengan menggunakan bentuk tulisan tangan. Para penulis yang bentuk tulisannya bagus menjadi penulis andalan dalam pengerjaan majalah dinding. Akan tetapi, kalau dalam ajang lomba ada yang mengatakan bahwa sebuah majalah dinding harus menggunakan tulisan tangan, maka pemikiran seperti itu harus dibuang jauh-jauh.

Majalah dinding sebagai sarana komunikasi harus bisa mengikuti perkembangan teknologi, termasuk tidak diharamkannya penulisan majalah dinding dengan sistem komputerisasi.
Sebagaimana halnya surat kabar, majalah dinding perlu ditata agar terlihat menarik. Penulisan dengan menggunakan kolom-kolom seperti surat kabar memungkinkan akan lebih menarik ketimbang menulisnya tanpa kolom. Untuk berikutnya juga ditata penempatan dari bagian-bagiannya.

Bagian-bagian Majalah Dinding
Sebelum penataan bagian-bagiannya, terlebih dahulu kita lihat dulu bagian-bagian (isi) sebuah majalah dinding, khususnya yang diterbitkan di sekolah.
Bagian-bagian itu secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Nama majalah dinding, lengkap dengan motto/visinya, alamat dan nomor edisinya.
2. Redaksional
3. Daftar isi
4. Pengantar Redaksi
5. Tajuk rencana
6. Berita sekolah
7. Reportase
8. Feature
9. Karya sastra (cerpen, cerber, puisi, pantun, dsb)
10. Artikel, tips, dsb
11. Opini
12. Pojok
13. Kartun, karikatur, ilustrasi, vignyet, foto-foto, gambar

Nama sebuah majalah dinding ditentukan dalam rapat redaksi. Redaksi merupakan orang-orang yang berperan dalam pembuatan majalah dinding. Apabila nama mading sudah ada, diikuti kemudian dengan motto/visi majalah dinding tersebut. Penetapan nama majalah dinding bisa dilakukan dengan melibatkan pembinanya.
Sebelum mengerjakan majalah dinding, terlebih dahulu juga harus dipikirkan peralatan/bahan yang dibutuhkan. Peralatan/bahan harus disediakan sejak awal dan disimpan rapi. Dalam hal ini termasuk terbitan-terbitan yang sudah dihasilkan, harus diarsipkan secara rapi.

Peralatan/bahan yang diperlukan dalam membuat majalah dinding adalah sebagai berikut:
1. Tempat/box penempatan majalah dinding
2. Kotak karya, untuk menaruh karya para siswa yang ingin dimuat di majalah dinding
3. Kertas landasan, biasanya manila putih atau berwarna, dengan ukuran 110 X 80 cm. Bisa pula menggunakan kertas asturo.
4. Kertas HVS (sebaiknya berwarna, bisa pula menggunakan kertas asturo)
5. Spidol ukuran besar dan ukuran biasa
6. Pensil dan penghapus
7. Lem
8. Gunting, pisau cutter
9. Penggaris panjang dan pendek
10.Komputer dengan tinta warnaRedaksional

Sebuah majalah dinding akan berjalan lancar apabila mempunyai awak redaksi yang benar-benar menyukai kegiatan tulis-menulis. Di samping peran pembina dalam menyemangati dan membimbing para siswa amat penting.

Secara umum redaksional meliputi:
  • Pimpinan Umum (biasanya kepala sekolah)Pembina/Penanggung Jawab (biasanya guru yang mengenal seluk-beluk jurnalistik)
  • Pimpinan redaksiWakil Pimpinan RedaksiSekretaris RedaksiRedaksi/ReporterPenata Letak

Berikut penjelasan tugas masing-masingnya (di luar pimpinan umum dan pembina):
Pimpinan Redaksi
Bertanggung jawab terhadap kerja suatu penerbitan. Melakukan koordinasi dalam perencanaan penerbitan majalah dinding. Melakukan konsolidasi dengan pembina tentang kebutuhan dan kesulitan dalam penerbitan. Mengatasi dan mencari pemecahan masalah yang dialami tim redaksi. Memimpin rapat redaksi

Wakil Pimpinan Redaksi
Menggantikan tugas pimpinan redaksi apabila berhalangan. Membantu pimpinan redaksi dalam pengecekan kelengkapan penerbitan

Sekretaris Redaksi
Mengelola administrasi keredaksian (surat-menyurat, honorarium, biaya operasional redaksi)memeriksa kesiapan redaksi, mempertanggungjawabkan administrasi kepada pimpinan redaksi

Reporter/Redaksi
Melakukan reportase (peliputan) sesuai dengan kebijakan redaksi. Membuat tulisan dari liputan dan diselesaikan sesuai dengan tenggat (deadline) terbit. Mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada pimpinan redaksi

Penata Letak
Merencanakan tata letak visual teks dan gambar media. Menata letak teks dan gambar sesuai dengan kebijakan redaksi. Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya pada pimpinan redaksi

Selain bagian-bagian dari suatu redaksional seperti yang dikemukakan di atas, masih ada bagian-bagian lain yang bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari media bersangkutan, misalnya fotografer, ilustrator, distributor (untuk majalah sekolah), dsb.

B. Buletin
Membuat buletin juga membutuhkan keahlian dalam merancang bentuknya. Buletin bentuk media tulis yang bisa dibawa dan dibaca di tempat yang kita suka. Hal ini berbeda dengan majalah dinding yang menempel di dinding.Munculnya teknologi komputer mempermudah dalam merancang bentuknya. Beberapa program seperti microsoft word, coreldraw, photoshop, dan sebagainya bisa dimanfaatkan.Isi buletin hampir sama dengan majalah dinding. Selain itu nama buletin dan redaksionalnya perlu dicantumkan. Apabila menggunakan microsoft word, gunakan bentuk tulisan columns dan pinggirnya diberi hiasan bingkai.

C. Majalah Sekolah
Membuat majalah sekolah gampang-gampang mudah. Yang dibutuhkan di sini adalah keseriusan dan dukungan finansial dari sekolah. Untuk majalah sekolah yang sederhana, sampul (cover) bisa menggunakan hasil sablonan, sedangkan isi dalamnya bisa difotokopi.Namun bila menggunakan bentuk yang lebih luks, bisa menggunakan percetakan/offset. Namun untuk ini dibutuhkan biaya yang lebih mahal.Isi dari majalah tidak berbeda jauh dengan majalah dinding. Selain itu juga diperlukan redaksional. Khusus untuk majalah (dan buletin) diperlukan editor yang lebih teliti dan bisa diambilkan dari Bapak/Ibu Guru, karena beredar di luar sekolah.

Penulis :Zulmasri, guru Bahasa dan Sastra Indonesia/pembina jurnalistik

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger